Rabu, 18 Desember 2019


Stunting

Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama. Hal ini terjadi karena asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun. Menurut UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) diukur dari standar pertumbuhan anak keluaran WHO. Stunting diakibatkan oleh banyak faktor, seperti ekonomi keluarga, penyakit atau infeksi yg berkali-kali. Kondisi lingkungan, baik itu polusi udara, air bersih bisa juga mempengaruhi stunting. Tidak jarang pula masalah non kesehatan menjadi akar dari masalah stunting, seperti masalah ekonomi, politik, sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan, serta masalah degradasi lingkungan.
Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting sebagai upaya agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global. Stunting  bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh pendek/kerdil) saja, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya, yang tentunya sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif. Gejala yang ditimbulkan akibat stunting antara lain anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya, proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya, berat badan rendah untuk anak seusianya dan pertumbuhan tulang tertunda.
Proses stunting sebenarnya kronis. Dalam mengatasi stunting, perlu peran dari semua sektor dan tatanan masyarakat. Pada 1000 hari pertama kehidupan harus dijaga baik nutrisi maupun faktor di luar itu yang mempengaruhi stunting. Seribu hari pertama kehidupan adalah pembuahan/hamil ditambah usia 2 tahun balita. Saat itulah stunting harus dicegah dengan pemenuhan nutrisi dan lain-lain. Jika memang ada faktor yang tidak baik yang bisa mengakibatkan stunting, di 1000 hari pertama itulah semua dapat diperbaiki. Pola hidup sehat, terutama kualitas gizi dalam makanan perlu diperhatikan dengan menerapkan konsep setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat. Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan balita. Edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal keluarga, hingga para calon ibu dalam memahami kebutuhan gizi saat hamil juga penting untuk disosialisasikan. Selain itu, edukasi tentang persalinan yang aman di fasilitas kesehatan, serta pentingnya melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) hingga pemberian colostrum air susu ibu (ASI) juga wajib disosialisasikan. Akses terhadap sanitasi dan air bersih yang mudah dapat menghindarkan anak pada risiko ancaman penyakit infeksi. Untuk itu, perlu membiasakan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan. Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah berikanlah hak anak mendapatkan kekebalan dari penyakit berbahaya melalui imunisasi yang telah dijamin ketersediaan dan keamanannya oleh pemerintah.
Pertumbuhan yang baik adalah pertumbuhan ukuran fisik sesuai standarnya, baik itu berat panjang atau tinggi dan lingkar kepala. Lingkar kepala kecil mempengaruhi kecerdasan karena otak kecil. Pada saat pergi ke pelayanan kesehatan baik itu rumah sakit, puskesmas maupun posyandu, mintalah untuk mengukur lingkar lengan atas  bagi 6 – 9 bulan. Hal ini akan menentukan apakah balita gizi buruk, gizi ringan, normal. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan meliputi kemampuan motorik kasar, motorik halus dan bahasa bicara atau cara berkomunikasi dengan orang (hubungan sosial). Pemeriksaan rutin ke fasilitas pelayanan kesehatan penting walau tidak dalam kondisi sakit untuk mengecek pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada usia balita 3 bulan balita sebaiknya sudah miring, 4 bulan sudah tengkurep, 8 bulan sudah duduk dan 9 bulan sudah berdiri dan usia 1 tahun  sudah dapat berjalan. Pada usia 2 tahun balita setidaknya sudah menguasasi 6 kata.  Jika mengalami keterlambat berbicara sebaiknya diperiksakan ke dokter.
Tatalaksana penanganan kasus stunting menitikberatkan pada pencegahannya bukan lagi proses pengobatan. Orang tua berperan untuk mengontrol tumbuh kembang anaknya masing-masing dengan memperhatikan status gizinya. Pertumbuhan dan perkembangan sesudah lahir harus naik atau baik dan apabila ada masalah harus segera dikonsultasikan ke dokter atau ahli gizi. Upaya pencegahan lebih baik dilakukan semenjak dini demi masa depan sang buah hati sebagai generasi penerus bangsa yang berhak tumbuh dengan sehat.









RSUP Dr. Kariadi


Hasil gambar untuk rs kariadi

RSUP Dr. Kariadi adalah Satuan Kerja/ Unit Pelaksana Teknis yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Berdasarkan SK Menkes No. 1243/Menkes/SK/VIII/2005 telah ditetapkan menjadi Badan Layanan Umum (BLU), dengan menerapkan fleksibilitas pengelolaan keuangan sesuai dengan yang telah diamanatkan dalam PP No.23 Tahun 2005.
RSUP Dr. Kariadi Semarang merupakan Rumah Sakit terbesar sekaligus berfungsi sebagai Rumah Sakit rujukan bagi wilayah Jawa Tengah. Saat ini RSUP Dr. Kariadi adalah Rumah Sakit kelas A Pendidikan dan berfungsi sebagai Rumah sakit Pendidikan bagi dokter, dokter spesialis,dan sub spesialis dari FK UNDIP,dan Institusi Pendidikan lain serta tenaga kesehatan lainnya.
Tugas pokok RSUP Dr. Kariadi adalah menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan serta melaksankan upaya rujukan dan upaya lain sesuai dengan kebutuhan. RSUP Dr. Kariadi sebagai Rumah Sakit vertikal Kelas A Pendidikan, juga menyelenggarakan fungsi :
1.    Pelayanan Medik (Spesialistik dan Sub Spesialistik)
2.    Pelayanan penunjang medik dan non medik
3.    Pelayanan dan asuhan keperawatan
4.    Pengelolaan SDM rumah sakit
5.    Pelayanan rujukan
6.    Diklat di bidang kesehatan
7.    Penelitian dan pengembangan
8.    Administrasi umum dan Keuangan
9.    Luas lahan yang dimiliki RSUP Dr.Kariadi Semarang adalah 193.410 m2 dengan luas bangunan 82.754 m2.

Jajaran Direksi RSUP Dr. Kariadi
§  Direktur Utama : dr. Agus Suryanto, Sp.PD-KP., MARS, MH
§  Direktur Medik dan Keperawatan : Dr. Agoes Oerip Poerwoko, SpOG(K), MARS
§  Direktur SDM dan Pendidikan : DR. dr. Dodik Tugasworo Pramukarso, Sp.S(K)
§  Direktur Keuangan : Haryo Wicaksono, SE, Akt, MARS
§  Direktur Umum dan Operasional : drg. Sri Yuniarti Rahayu, Sp. KG,  MARS
ALAMAT RSUP Dr. Kariadi :
Jl. Dr. Sutomo No. 16
Kel. Randusari, Kec. Semarang Selatan, Kota Semarang, Jawa Tengah  Kode Pos :50244
Call Center 24 Jam: 024 8413476
FAX :024 8318617
Email : info@rskariadi.co.id



Senin, 02 Desember 2019

Karang Gigi


Karang Gigi

Karang gigi adalah kondisi di mana terdapat lapisan seperti kotoran yang terletak di gigi dan sulit dihilangkan meski telah dibersihkan atau disikat. Karang gigi disebabkan oleh adanya plak yang mengeras dan tidak mendapat penanganan. Plak itu sendiri adalah lapisan licin dan tipis pada gigi yang terbentuk akibat adanya sisa-sisa makanan yang tertinggal di gigi.
Penanganan karang gigi hanya dapat dilakukan oleh dokter gigi. Meski karang gigi tidak menimbulkan gejala yang mengganggu kesehatan secara menyeluruh atau fungsi gigi itu sendiri, karang gigi yang tidak ditangani dapat memicu munculnya kondisi lain, seperti gingivitis atau radang gusi.
Gejala Karang Gigi
Karang gigi dapat dikenali dengan adanya lapisan seperti kotoran berwarna kekuningan atau kecokelatan pada garis gusi, dan sulit dihilangkan meski telah dibersihkan atau disikat berulang kali. Karena karang gigi merupakan dampak dari plak gigi yang tidak ditangani, maka penderita karang gigi akan merasakan gejala lain berupa mulut kering dan bau mulut.
Secara umum, terbentuknya karang pada gigi tidak menimbulkan gejala yang mengganggu fungsi gigi itu sendiri atau kesehatan tubuh secara menyeluruh. Namun, jika karang gigi tidak ditangani, kondisi ini dapat memicu munculnya gingivitis. Gingivitis adalah kondisi di mana terjadi peradangan pada gusi. Ketika karang gigi telah menyebabkan gingivitis, maka gejala yang muncul dapat berupa:
  • Gusi bengkak.
  • Gusi berwarna gelap.
  • Gusi terasa nyeri saat disentuh.
  • Gusi mudah berdarah.
Penyebab Karang Gigi
Karang gigi disebabkan karena adanya plak pada gigi yang tidak mendapatkan penanganan. Plak gigi itu sendiri merupakan sebuah lapisan licin dan tipis pada gigi yang terbentuk akibat adanya sisa-sisa makanan yang tertinggal di gigi. Ketika plak pada gigi tidak ditangani untuk kurun waktu tertentu, plak tersebut akan mengeras, membentuk karang yang sulit untuk dihilangkan hanya dengan menyikat gigi.
Makanan atau minuman yang dapat memicu plak penyebab karang gigi adalah makanan yang mengandung gula, seperti permen, kue, atau minuman bersoda.
Seseorang memiliki risiko tinggi mengalami karang gigi apabila:
  • Merokok.
  • Jarang membersihkan gigi.
  • Tidak membersihkan mulut dengan obat kumur antibakteri.
  • Tengah menggunakan obat-obatan yang memengaruhi kesehatan gigi, seperti antihistamin atau dekongestan.
Diagnosis Karang Gigi
Dokter dapat mendiagnosis karang gigi dengan mengamati gejala yang ada. Karang gigi juga dapat terdeteksi lebih dini ketika pasien melakukan pemeriksaan rutin. Pemeriksaan gigi semestinya dilakukan secara rutin setiap 6 bulan sekali. Selain untuk mengamati kondisi gigi, pemeriksaan gigi juga bertujuan untuk melakukan pencegahan atau pun pengobatan apabila terdapat gangguan pada gigi.
Tes transiluminasi juga bisa digunakan untuk mendiagnosis kondisi ini. Tes transiluminasi adalah tes yang menggunakan cahaya dalam mengamati gusi dan gigi. Tes ini dilakukan di ruangan yang gelap dan dokter akan menyinari rongga mulut dengan cahaya khusus untuk melihat ada tidaknya plak atau karang gigi.
Dokter juga dapat melakukan prosedur foto Rontgen gigi. Foto Rontgen pada gigi merupakan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan gambar kondisi gigi dan gusi. Selain untuk melihat karang yang terdapat di gusi dan gigi, foto Rontgen juga dapat mendeteksi kerusakaan yang dapat terjadi akibat adanya karang gigi.
Pengobatan Karang Gigi
Ketika plak pada gigi sudah mengeras dan menjadi karang, kondisi tersebut tidak dapat diatasi hanya dengan menggosok gigi. Untuk mengatasi kondisi tersebut, dokter akan menganjurkan scaling gigi.
Scaling gigi adalah tindakan medis non bedah (tanpa sayatan) yang menggunakan alat khusus yang disebut scaler dalam mengikis karang-karang pada gigi. Scaler tersedia dalam beberapa jenis, yakni scaler manual dan ultrasonik. Masing-masing memiliki fungsi yang sama, namun penggunaan scaler ultrasonik tergolong lebih sering dibanding dengan scaler manual. Hal itu dikarenakan penggunaan scaler ultrasonik membuat proses pengikisan lebih cepat dan minim rasa nyeri.
Sebelum menjalani scaling gigi, beri tahu dokter apabila Anda tengah mengonsumsi obat-obatan pengencer darah, seperti heparin atau warfarin. Dokter juga dapat memberikan obat bius lokal guna mengurangi rasa sakit yang mungkin muncul akibat prosedur ini. Maka dari itu, informasikan pula pada dokter apabila memiliki alergi terhadap obat bius.
Pencegahan Karang Gigi
Karang gigi merupakan kondisi yang dapat dicegah. Dengan melakukan perawatan gigi di rumah, setiap orang dapat terhindar dari karang gigi. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah:
  • Sikat gigi setidaknya 2 kali sehari.
  • Bersihkan gigi dengan benang gigi setidaknya sekali sehari.
  • Gunakan pembersih mulut antibakteri.
  • Lakukan pemeriksaan dan perawatan gigi di dokter gigi tiap 6 bulan sekali.
  • Makan makanan dengan gizi yang seimbang.
  • Hindari merokok.
Komplikasi Karang Gigi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat adanya karang gigi adalah:


Senin, 25 November 2019

MAKALAH CSA KEPERAWATAN GIGI


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ekstraksi gigi merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan jaringan tulang dan jaringan lunak dan rongga mulut, tindakan tersebut dibatasi bibir dan pipi faktor yang dapat mempersulit dengan adanya gerakan dari lidah dan rahang bawah.
Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan sebuah gigi atau akar yang utuh tanpa menimbulkan rasa sakit dan trauma sekecil mungkin pada jaringan penyangganya sehingga bekas pencabutan akan sembuh secara normal dan tidak menimbulkan problema prostetik pasca bedah. Untuk itu seorang asisten mempunyai peran yang sangan membantu operator dalam melakukan pekerjaan.
     CSA (Chair Side Assisten) merupakan bagian yang sangat penting dari kedokteran gigi, dokter gigi dapat menyelesaikan prosedur lebih cepat dengan bantuan asisten. Asisten disini bertanggung jawab umtuk mengantisipasi kebutuhan dokter gigi, dan asisten harus siap jika dibutuhkan sesuatu yang mendadak ditengah-tengah perawatan pada pasien . Dalam membantu dokter agar dapat bekerja secara efektif maka ada dua hal yang dapat dilakukan asisten yaitu mempersiapkan instrument pada tray dan memahami prosedur perawatan untuk meminimalisis kesalahan perawatan pada pasien.


B.     Tujuan
1.      Mengetahui SOP pencabutan gigi decidui
2.      Mengetahui prosedur CSA (Chair Said Assistant) pada pencabutan gigi decidui
















BAB II
PEMBAHASAN
I.       SOP Pencabutan Gigi Decidui
No
SOP
Nama Alat
Nama Bahan
1.
Identifikasi Kasus
Kaca mulut

Pinset
2.
Komunikasi Terapeutik

3.
Tahap Anastesi Topikal
Pinset
Cotton Ball
Kaca mulut
Anti septik
Chlor Etyle
4.
Tahap Pencabutan
Tang ekstraksi (sesuai indikasi)




5.
Tahap Pemberian tampon dan antiseptik

Antiseptik dan Tampon
6.
Memberikan instruksi pasca tindakan




I.              CSA Pencabutan Gigi Decidui
No.
Gambar
Keterangan
Tahap persiapan
1.
Description: 1482828436975.jpg






Asisten menyiapkan alat dan bahan untuk tindakan Pencabutan Gigi Decidui
2.
Description: 1482828438559.jpg






Asisten mempersilahkan pasien masuk dan duduk di dental chair

3.
Description: 1482828451096.jpg






-Asisten Memasangkan napkin pada pasien
4.
Description: 1482828456490.jpg




Asisten mengatur dental chair dan lampu pada posisi kerja
5.
Description: 1482828461008.jpg






Asisten memanggil operator



Tahap Identifikasi Kasus


1.
Description: 1482828470026.jpg










Asisten mentransfer kaca mulut dan pinset kepada operator dan operator menerimanya

2.
Description: 1482828478186.jpg







Operator melakukan identifikasi









3.
Description: 1482828485076.jpg

Operator mengembalikan pinset pada asisten, asisten menerima










Komunikasi Terapeutik


1.       
Description: 1482828468197.jpg









Asisten melakukan komunikasi terapeutik kepada pasien


Tahap Anastesi Topikal


1
Description: 1482828508102.jpg










Asisten memberikan Cotton Ball yang telah di beri antiseptik dan operator menerimanya


2.
Description: 1482828514916.jpg









Operator mengolesi antiseptik  dan mengembalikan cotton ball kepada asisten
3.
Description: 1482828517748.jpg








Asisten memberikan cotton ball kepada operator
4.
Description: 1482828521907.jpg









Asisten menyemprotkan chlor ethyl pada cotton ball yang sudah di berikan
5.
Description: 1482828523747.jpg









Operator melakukan anastesi topikal


Tahap Pencabutan

1.
Description: 1482828537056.jpg








Asisten memberikan tang ekstraksi (sesuai indikasi) kepada operator

2.       
Description: 1482828545057.jpg









Operator melakukan pencabutan


Tahap pemberian tampon dan antiseptik


1.
Description: 1482828591171.jpg









Operator menyerahkan tang serta gigi hasil pencabutan kepada asisten dan asisten memberikan tampon yang telah diberikan antiseptik kepada operator





2.
Description: 1482828468197.jpg









Asisten memberikan instruksi kepada pasien untuk menggigit tampon


Tahap Instruksi


1.
Description: 1482828468197.jpg










Asisten memberikan instruksi kepada pasien :
-Pasien diperbolehkan untuk makan atau minum yang dingin untuk mempercepat berhentinya darah
-Pasien tidak diperkenankan untuk memegang atau memainkan bekas pencabutan dengan lidah atau jari
-Pasien tidak diperkenankan makan atau minum yang panas dan pedas



Tahap Pemberesan


1.
Description: 1482828605796.jpg




Asisten melepaskan napkin pada pasien









2.
Description: 1482828613013.jpg









Asisten menurunkan dental chair dan mempersilahkan pasien keluar dari dental chair
3.
Description: 1482828436975.jpg









Asisten membereskan alat dan mensterilkannya









BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
     CSA (Chair Side Assisten) merupakan bagian yang sangat penting dari kedokteran gigi, dokter gigi dapat menyelesaikan prosedur lebih cepat dengan bantuan asisten. Asisten disini bertanggung jawab umtuk mengantisipasi kebutuhan dokter gigi, dan asisten harus siap jika dibutuhkan sesuatu yang mendadak ditengah-tengah perawatan pada pasien . Dalam membantu dokter agar dapat bekerja secara efektif maka ada dua hal yang dapat dilakukan asisten yaitu mempersiapkan instrument pada tray dan memahami prosedur perawatan untuk meminimalisis kesalahan perawatan pada pasien.

Stunting Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama. Hal ini terjadi karena asu...